Skip to content
AJARAN SUCI & SILSILAH PARA RSI MĀRKAṆḌEYA
AJARAN SUCI & SILSILAH PARA RSI MĀRKAṆḌEYA
Oleh Sugi Lanus
Catatan Harian 20 Agustus 2021
Mārkaṇḍeya adalah gelar para rsi keturunan Vedaśira. Ada banyak tokoh ahli Weda (Veda) yang disebut sebagai rsi-rsi Mārkaṇḍeya karena tokoh-tokoh suci tersebut adalah keturunan dari leluhurnya yang bernama Mṛkaṇḍa (ayah Rsi Mārkaṇḍeya yang pertama).
Lontar Brahmanda Purana berisi penjelasannya, dalam bab 11 sesi 2 (Anuṣaṅga-pāda) yang mengisahkan lahirnya Sapta Rsi (tujuh rsi utama).
Bagian penting dari Brahmanada Purana memberikan informasi penting bahwa yang menyandang gelar Rsi Mārkaṇḍeya bukan tokoh tunggal. Mārkaṇḍeya dan keturunannya dari putranya yang bernama Vedaśira kesemuanya menyandang gelar Rsi Mārkaṇḍeya yang artinya keturunan dari trah Mṛkaṇḍa (ayah kandung Rsi Mārkaṇḍeya yang pertama). Dari Rsi Mārkaṇḍeya yang pertama ini lahir Vedaśira yang kemudian menurunkan para rsi yang bergelar rsi-rsi Mārkaṇḍeya. Mereka adalah keturunan dari anak-cucu-cicit dan seterusnya dari Mṛkaṇḍa. Mṛkaṇḍa sendiri adalah keturunan dari Rṣi Bhṛgu.
Kutipannya sebagai berikut:
1-3. “Khyāti melahirkan seorang putri dan dua putra. Kedua anak lakinya adalah penguasa kebahagiaan dan kesengsaraan. Mereka memberikan buah yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi semua makhluk hidup. Mereka bernama Dhātṛ (pendukung) dan Vidhātṛ ( Pemberi takdir). Mereka biasa (untuk hidup dan) berjalan-jalan di seluruh Manvantara. Kakak perempuan mereka, Dewi Śrī, memurnikan dunia. Perempuan agung mulia ini bersuami Nārāyaṇa. Bala (kekuatan) dan Unmāda (kegilaan) lahir darinya sebagai putra Nārāyaṇa.”
4-5a. “Teja (kecemerlangan berapi-api) adalah putra Bala dan Saṃśaya (Keraguan) adalah putra Unmāda. Anak-anak rohani lainnya juga lahir darinya. Mereka bergerak di cakrawala. Mereka mengemudikan dan membawa kereta udara para dewa dan tokoh-tokoh ritus keberuntungan.”
5b-6. “Āyati (masa depan) dan Niyati (Pengendalian Diri ), putri Meru dikenang sebagai istri Vidhātṛ and Dhātṛ. Prāṇa dan Mṛkaṇḍa dengan sumpah suci yang teguh adalah putra mereka. Mereka adalah abadi dan Brahmakośa (mahliga Brahman atau Veda ).”
7. “Mārkaṇḍeya ibunya Manasvinī dan bapaknya Mṛkaṇḍa. Mārkaṇḍeya berpasangan dengan Dhūmrapatī melahirkan Vedaśira.”
8. “Putra-putra Vedaśira di (melalui) Pīvar dikenang sebagai ras penyebar ajaran suci. Anak cucu atau keturunan Vedaśira ini terkenal sebagai para resi yang kesemuanya bergelar Mārkaṇḍeya yang artinya keturunan Mṛkaṇḍa, mereka semua adalah ahli-ahli Veda.”
Dari garis keturunan Vedaśira (putra Rsi Mārkaṇḍeya yang pertama) inilah lahir para rsi bergelar Mārkaṇḍeya.
Di Bali ada peninggalan lontar upanisad SANGAT PENTING berjudul lontar LONTAR VEDAŚIRA. Sekiranya lontar ini terkait dengan nama keluarga atau gotra atau para rsi berjuluk rsi-rsi Mārkaṇḍeya. Lontar VEDAŚIRA di Bali dikenal sebagai nama pustaka suci, atau tepatnya upanisad maha suci, yang menempati posisi sangat istimewa dalam kependetaan Bali. Lontar Wedaśira adalah Narayana Upanisad yang dijadikan panduan Puja Purnama dalam kependetaan Bali, khususnya yang beraliran Śiwa.
Saya perkirakan bahwa nama lontar ini disebut sebagai lontar Vedaśira mungkin karena terkait dengan putra Rsi Mārkaṇḍeya (1) atau cucu Mṛkaṇḍa yang bernama Vedaśira (?). Jejaknya, masih ada garis kependetaan di Bali yang menjadikan kitab ini sebagai pedoman puja ketika purnama tertentu. Ada kemungkinan pemuliaan ajaran dalam lontar ini sebagai jalan para pewarisnya mengenang rangkai bait-bait filsafat dan puja ini sebagai bagian dari ajaran wajib untuk Mārkaṇḍeya-gotra (?). Masyarakat Hindu di Indonesia pun telah menguncarkan sebait puja-mantra dari lontar Vedaśira karena telah menjadi bagian bait ke 2 dari mantra Puja Tri Sandhya.
Kitab Vedaśira yang diwariskan di Bali diperkirakan terkait dengan kedatangan Mpu Kuturan dan keluargannya. Tidak bisa dipungkiri ada benang merah panjang antara kehadiran Mpu Kuturan di Bali dengan kependetaan di Bali yang jejaknya masih ada dalam berbagai lontar-lontar kependetaan. Secara tradisional disebutkan bahwa berbagai lontar-lontar ajaran suci pedoman kependetaan seperti Candrakarana, Kiratabhasa, Dasanama, Ramayana, Brahmanda Purana, Sabhaparwa, Wirataparwa, Prasthanikaparwa, Swargarohanaparwa, Dharma Parikrama Sasana Ning Widhi, Aji Anthasiksa Guhyawijaya disebutkan dibawa ke Bali oleh Mpu Kuturan. Mengingat kitab-kitab penting yang dibawa oleh Mpu Kuturan tersebut, tampaknya Mpu Kuturan sendiri adalah salah satu pewaris silsilah ajaran rohani kependetaan dari rsi-rsi bergelar Mārkaṇḍeya.
Kitab Brahmanda Purana yang memuat informasi para rsi yang bergelar Mārkaṇḍeya telah dianalisa dan diterjemahkan serta diperbandingkan oleh profesor Sanskrit dan Jawa Kuno terbaik di zamannya, Prof. J. Gonda — secara sangat mengesankan terselamatkan di Bali. Isi Brahmanda Purana yang beredar di Bali dan di India secara garis besar identik atau isinya sama.
Sementara lontar suci Vedaśira di Bali telah lama menjadi perhatian para pakar Samskerta dunia. Dimulai dari para sarjana Belanda, lalu membuat penasaran semua pakar Sansekerta India di tahun 1920-an, termasuk Rabindranath Tagore dan Suniti Kumar Chatterji yang datang ke Bali, dan akhirnya secara khusus Sylvain Levi datang ke Bali menelitinya.
Pada dua lontar suci, yaitu ajaran Vedaśira dan Brahmanda Purana serta berbagai kitab yang dipercaya dibawa oleh Mpu Kuturan inilah jejak ajaran para Rsi dari Mārkaṇḍeya-gotra (garis silsilah Mārkaṇḍeya) bisa kita jejaki. Dengan membaca lontar-lontar ini kita diberi kesempatan lebih mendalam, bukan sebatas mengenal dongeng tokoh suci, tapi lebih jauh memasuki ajaran-ajaran suci dari para rsi bergelar Mārkaṇḍeya (Mārkaṇḍeya-gotra).
Page load link