Skip to content
Bedah Buku “Shastra Wangsa”, UNHI datangkan Stafsus Kepresidenan
Bedah Buku “Shastra Wangsa”, UNHI datangkan Stafsus Kepresidenan
UNIVERSITAS Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar kembali menggelar bedah Buku “Shastra Wangsa” Kamus Istilah Wangsa Bali karya akademisi Ida Bagus Made (IBM) Dharma Palguna, Selasa (30/4) lalu. Kegiatan Ilmiah bedah buku ini merupakan kali kedua dilakukan Unhi Denpasar atas prakarsa Yayasan Pendidikan Widya Kerthi sebagai penyelenggara pendidikan Unhi Denpasar.
Kegiatan bedah buku “Shastra Wangsa” ini menghadirkan Staf Khusus Kepresidenan RI, Dr. Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana sebagai narasumber dan 2 pembicara, yaitu Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., dan Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si.
Ketua Panitia, I Kadek Satria, S.Ag.,M.Pd.H., menjelaskan kegiatan bedah buku ini kembali dilakukan karena sangat penting untuk mandalami karya “Shastra Wangsa” yang melibatkan seluruh stakeholders terkait. Sebab, dengan melibatkan stakeholder dari Shastra Wangsa, maka hasil dari karya buku “Shastra Wangsa” akan lebih tepat. Sehingga, isi buku “Shastra Wangsa” dapat disebarluaskan untuk memberi pencerahan kepada masyarakat agar melek identitas tentang wangsa yang sebenarnya adalah sastra.
“Jadi kami undang Penglingsir Puri, Sulinggih, Parisada, Kementerian Agama, Lembaga Agama dan Lembaga Keagamaan agar buku ini menjadi sebuah pesan bahwa wangsa sesungguhnya adalah sastra. Kita hidup dari sastra, segala bentuk perilaku kita adalah sastra, maka wangsa yang sesungguhnya adalah sastra, bukan wangsa yang ada dalam soroh yang justru akan membuat perpecahan,”tandas Kadek Satria, Selasa (30/4) lalu.
Ketua Dewan Pengurus Yayasan Pendidikan Widya Kerthi, Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, MA., didampingi Sekretaris Yayasan, Kol. (Purn) Dr. Drs. Dewa Ketut Budiana, M.Fil.H., mengatakan makna yang terkandung dalam karya “Shastra Wangsa” memberikan sesuatu pemahaman kepada generasi muda, terkait sistem sosial budaya yang ada di Bali. Sebab, secara kerangka teori pada era milenial ini, penjelasan tentang nilai luhur tidak cukup dengan istilah “anak mula keto”. Oleh karena itu, pemahaman tentang wangsa cukup penting untuk memperkuat jati diri generasi penerus Bali, sehingga dapat berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara.
“Pemahaman terhadap wangsa sangat penting, kalau generasi muda Bali sudah tahu pola panutannya, maka mereka tidak ragu lagi menjadi orang Bali yang memberi kontribusi dalam konteks pembangunan yang berhubungan bangsa dan negara,”ujar Prof. Ardhana.
Dengan pemahaman tentang sistem sosial dan budaya, dikatakan para generasi akan memahami esensi sosial yang akan bermuara pada pelaksanaan teori yang sederhana tanpa mengurangi hakekat yang terkandung. Sebagai Ketua Yayasan, pihaknya akan terus memberi ruang terhadap kegiatan bedah buku di Unhi Denpasar tentang naskah-naskah akademik lainnya.
“Kami punya program akademik, yang diselenggarakan universitas, bisa saja, jika masyarakat punya karya naskah akademik, kami siap bedah disini dengan mengundang tokoh dan stakeholder terkait,”pungkasnya
Page load link