Skip to content
Bernilai bagi Bangsa, Ari Dwipayana Sarankan Bangun Jaringan Global Penekun Sastra Jawa Kuno
Bernilai bagi Bangsa, Ari Dwipayana Sarankan Bangun Jaringan Global Penekun Sastra Jawa Kuno
Koordinator Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana menyarankan Program Studi (Prodi) Sastra Jawa Kuno Universitas Udayana (Unud) menginisiasi jaringan penekun sastra Jawa Kuno di seluruh dunia. Terbentuknya jejaring diharapkan dapat menstimulus lahirnya kajian-kajian mutakhir untuk pengembangan genre sastra yang banyak mengandung nilai kearifan Nusantara itu.
“Saran saya Prodi Jawa Kuno Unud sebagai satu-satunya program studi di dunia yang konsen terhadap sastra Jawa Kuno dapat membangun komunitas atau jejaring internasional, sebab potensi pengembangan studi sastra Jawa Kuno ada di banyak negara, dengan adanya jejaring internasional akan menjadi strategi bagus untuk pembaca dan penulis untuk menyebarluaskan pengetahuan Jawa Kuno di dunia global,” kata dia kala menerima audiensi Prodi Sastra Jawa Kuno Unud di Puri Kauhan Ubud, Selasa, 4 Oktober 2022.
Ia berharap, komunikasi antara penekun sastra Jawa Kuno dari berbagai belahan dunia akan menstimulus pengembangan studi sastra yang banyak berkontribusi pada konsep-konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui jaringan komunikasi yang dibangun, perspektif terhadap warisan sastra yang eksis sejak abad ke-9 itu pun dapat semakin meluas.
“Sebagai contoh mislanya konferensi internasional tentang sastra Jawa Kuno, nanti bisa digarao bukan sekadar menjadi ajang akademisi semata, namun juga wadah bagi alumni, penekun, praktisi agar terlibat bersama dalam mempertahankan bahasa dan sastra Jawa Kuno,” kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud ini.
Selain membangun jaringan internasional, Ari juga memandang perlu menguatkan jaringan nasional untuk memperkuat eksistensi sastra Jawa Kuno. “Prodi (Sastra Jawa Kuno Unud, red) harus membangun komunikasi dengan Perpustakaan Nasional, termasuk forum-forum dan kolaborasi bersama program studi sastra dari universitas-universitas lain yang mengkaji sastra klasik. Saya kita jaringan dalam negeri juga dapat mengangkat nama Jawa Kuno di tingkat nasional. Selain itu jug perlu ada nomenklatur yang masuk di (Ditjen) Dikti (atau BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional),” sarannya.
Sebelumnya, Koordinator Program Studi Sastra Jawa Kuno, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., mengatakan saat ini keberadaan Prodi Sastra Jawa Kuno Unud tidak terlalu eksis di masyarakat. Hal ini tercerminkan melalui minimnya minat generasi muda, khususnya Bali, untuk masuk dan menekuni kajian sastra klasik ini.
“Padahal, sastra Jawa Kuno yang oleh orang Bali umumnya disebut sebagai sastra Kawi sangat dominan digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Bahasa ini special karena sebagian besar lontar di Bali menggunakannya,” katanya.
Dalam ranah kenegaraan, Prof. Suarka pun mengatakan bahwa banyak kosakata maupun konsep yang berakar dari bahasa dan sastra Jawa Kuno. “Istilah Pancasila itu dari bahasa Jawa Kuno, demikian pula semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ juga berasal dari sastra Jawa Kuno,” kata dia sembari menyatakan banyak nilai yang bisa direfleksikan dari sastra Jawa Kuno dalam membangun bangsa.
Terhadap kenyataan, pihaknya pun berharap sastra Jawa Kuno ke depan dapat semakin eksis. Dalam upaya tersebut, kolaborasi bersama diyakinkan sangat diperlukan. Perhatian pemerintah terhadap studi dan penekun sastra Jawa Kuno pun diharap dapat ditingkatkan.
Sastra Jawa Kuno adalah genre sastra klasik yang diperkirakan telah eksis sejak abad ke-9. Genre sastra ini mencapai puncak keemasannya pada era keemasan Majapahit dan terus terlestarikan di Bali hingga masa modern sebagai teks-teks sosial-budaya maupun keagamaan. Kakawin Sutasoma, Kakawin Nagarakretagama, Kakawin Ramayana, Kakawin Arjuna Wiwaha, dan Asta Dasa Parwa adalah beberapa sastra terkemuka dalam genre sastra ini.
Editor: E. Ariana, balinesia.id
Page load link