Skip to content
FGD : Selamatkan Air Sumber Kehidupan dan Peradaban yang Berkelanjutan
FGD : Selamatkan Air Sumber Kehidupan dan Peradaban yang Berkelanjutan
Yayasan Puri Kauhan Ubud membangun kerjasama dengan tiga perguruan tinggi di Bali dalam menyelamatkan air sumber kehidupan dan peradaban.
Bekerjasama dengan Universitas Hindu Indonesia (UNHI), Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (UHN Denpasar) dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
Untuk itu, Yayasan Puri Kauhan Ubud bersama UNHI menggelar Focus Group Discussion FGD tentang Peradaban Air sebagai penyembuh dan yang disembuhkan di Denpasar, Jumat (4/2).
Tidak saja air yang mengambil peran sebagai Sumber Kehidupan (Uriping Bhuwana) dan Penyembuh Peradaban (Usadhaning Sangaskara) tetapi manusia juga mesti mengambil peran dalam Menyembuhkan Peradaban Air (Mangusadha Sangaskara Toya).
Acara itu mengusung tema “Mangusadha Sangaskara Toya (Menyembuhkan Peradaban Air)” dibuka oleh Rektor UNHI Prof I Made Damriyasa dengan menghadirkan Narasumber Prof I Wayan Sukayasa, Dr Ida Bagus Dharmika, Dr Ida Bagus Suatama, Dr Ketut Gede Dharma Putra dan AA Nugrah Panji Astika.
Diskusi ini akan menghadirkan narasumber yang ahli di bidang Tattwa, Ayur Weda, Teknologi Air, dan Manajemen Air serta dihadiri oleh akademisi UNHI lintas keilmuan dalam bidang ilmu Agama dan Kebudayaan, Filsafat Hindu, Hukum Adat, Pendidikan Agama Hindu, Kesehatan Ayur Weda, Ekonomi, Biologi, Planologi, dan Teknik Sipil sebagai pemantik diskusi dan memberikan timbang pandang dalam acara FGD ini.
Sebelumnya, telah dilaksanakan Sastra Saraswati Sewana 2022 yang digagas oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud tahun ini mengambil tema “Toya Uriping Bhuwana” Usadhaning Sangaskara (Air Sumber Kehidupan dan Penyembuh Peradaban)”.
Pembina Yayasan Puri Kauhan Ubud Anak Agung Bagus Ari Brahmanta mengharapkan FGD tersebut menghasilkan kajian yang akan diserahkan kepada pihak terkait agar penyembuhkan Peradaban Air.
Mengingat masalah air di Bali cukup besar, pengelolaan sumber daya air belum optimal, adanya pencemaran air maupun desakan pembangunan industri.
Dikhawatirkan, pengelolaan air tidak baik justru akan menjadi bencana dan sumber keributan pada masa zaman kerajaan.
Dengan demikian, diharapkan pemerintah melakukan pengendalian industri agar tidak merusak sumber – sumber mata air, aliran mata air dari hulu hingga hilir.
Perjuangan yang digagas, pemerintah dapat melakukan edukasi masuk dalam kurikulum pendidikan mulai sejak dini. Selain itu, pelestarian air dapat diterapkan pada masing – masing Desa Adat dan Desa Dinas.
Menurutnya, Manusia selalu ingin disembuhkan oleh semesta, tapi jarang ingin sebaliknya. Padahal semesta tidak diciptakan hanya untuk manusia, sementara manusia jelas diciptakan untuk semesta. Kelak bila manusia mati, badan kasarnya tidak punya tempat untuk “kembali” kecuali kepada semesta. “Itu artinya, semesta adalah rumah manusia. Rumah kita,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor UNHI Prof I Made Damriyasa mendukung acara itu dalam menjaga pelestarian air. FGD berkaitan dengan air patut terus dilakukan bersama para akademisi dengan stakeholder. (ART/001)
Page load link