LATAR BELAKANG

(Sastra Saraswati Sewana 2023)

Tahun 2023, Yayasan Puri Kauhan Ubud kembali menggelar Sastra Saraswati Sewana dengan mengambil tema:

WARIGA USADHA SIDDHI

Tema ini dipilih karena Bali menerima warisan sistem pengetahuan yang sangat luar biasa dari para leluhur berupa sistem perhitungan waktu (Wariga) dan ilmu pengobatan (Usadha). Wariga dan Usadha diturunkan dari nilai-nilai adiluhung dalam budaya Bali yang menempatkan Bhuwana Agung (Makro Kosmos) dan Bhuwana Alit (Mikro Kosmos) dalam hubungan yang selaras dan harmonis.  Dalam cara pandang ini, manusia Bali dilihat secara utuh (holistic) yang selalu diajarkan untuk menjaga keselarasan hubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Parhyangan), menjaga hubungan harmonis dengan Jagad Raya – Kosmos – Alam Semesta (Palemahan), juga hubungan harmonis dengan sesama manusia (Pawongan) sehingga terhindar dari kesakitan, penderitaan, kesengsaraan dan untuk mencapai kebahagiaan (Hita).

Wariga adalah pengetahuan yang mengajarkan sistem perhitungan waktu, terutama dalam menentukan Ala – Ayuning Dewasa (hari baik dan buruk) dalam rangka memulai suatu kegiatan. Dalam kehidupan masyarakat Bali, Wariga itu berfungsi praksis sebagai petunjuk jalan dalam menjalankan Panca Yadnya maupun memulai kegiatan sehari-hari untuk mencapai proses dan hasil yang terbaik (Siddha Karya, Labda Karya).

Banyak ahli yang menyebutkan sistem Wariga Bali adalah sistem yang paling kompleks di dunia. Sistem Wariga Bali menggunakan tahun Saka yang memiliki perbedaan waktu 78 tahun dengan Tahun Masehi. Secara  umum pengetahuan Wariga terdiri dari lima kerangka yakni Wewaran (Eka Wara hingga Dasa Wara), Pawukon (Wuku Sinta hingga Watugunung), Pananggal – Panglong (Purnama dan Tilem), Sasih (Sasih Kasa hingga Sada), dan Dauh (pembagian waktu sejenis jam yang dihitung berdasarkan rotasi bumi pada sumbunya sehingga terjadi perubahan setiap saat). Kalender Saka Bali merangkum lima kerangka Wariga tersebut.

Selain dalam Wariga, konsep holistic dalam melihat manusia (Bhuwana Alit) dalam hubungan dengan jagad raya (Bhuwana Agung) juga menjadi dasar dalam ilmu pengobatan Bali yang juga dikenal dengan nama Usadha. Bali memiliki warisan lontar-lontar pengobatan yang berlimpah. Usadha adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang beragam dari sisi cara pengobatannya.

Cara pengobatan tradisional Bali sangat terkait dengan alam, energi dan memanfaatkan apa yang ada di alam, terutama Sarwa Tumuwuh yang bisa menjadi obat. Terkait tanaman obat, Bali memiliki lumbung sastra yang menjadi warisan para leluhur. Salah satunya adalah lontar Taru Pramana. Taru Pramana adalah sebuah naskah Lontar yang menceritakan tentang berbagai jenis tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan yang bersifat herbal yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Bagian tumbuhan yang dijadikan bahan obat-obatan seperti akar, batang (babakan), daun, bunga, buah, dan getahnya.

Di masa yang akan datang, kita harus menjadikan tanaman obat ini sebagai solusi dari persoalan kesehatan dalam masyarakat. Dari sisi preventif, Sarwa Tumuwuh memberikan asupan gizi yang makin baik untuk anak-anak kita. Dari sisi kuratif, tanaman obat juga bisa diolah untuk menyembuhkan penyakit. Kita bisa memanfaatkan tanaman obat warisan para leluhur menjadi solusi soal kesehatan. Jadi, kita tidak sekedar tahu jenis-jenis tanaman obat tetapi juga mampu mengolah tanaman obat itu menjadi Obat Herbal.

Dengan kekayaan pengetahuan tentang sistem perhitungan waktu dan tradisi pengobatan Bali, Yayasan Puri Kauhan Ubud mengambil inisiatif untuk melanjutkan program Sastra Saraswati Sewana Tahun 2023 dengan mengambil tema: Wariga Usadha Siddhi.

Inisiatif Yayasan Puri Kauhan Ubud bukanlah upaya pemungkas. Dengan kegiatan ini diharapkan semakin tumbuh, program dan kegiatan dari berbagai pihak untuk ikut serta membumikan sistem pengetahuan yang diwarisi oleh para leluhur melalui karya-karya sastra, sehingga warisan itu semakin lestari, berkembang dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Bali, masyarakat Nusantara dan Masyarakat Dunia.