Menepis Awan: Puri Kauhan Ubud Dibalik Layar Sejarah Bali

Diambil dari Karya Penelitian Dr. Nyoman Wijaya

 

Siapa tidak mengetahui Bali? Di Bali ada hal yang menarik untuk diperbincangkan, yaitu mengenai kisah sejarah masyarakat Hindu Bali. Kisah tentang para manusia yang berada dibelakang panggung sejarah Bali sangat jarang ditampilkan. Ibaratnya sebuah pementasan teater, sejarah seringkali menampilkan aksi memukau dari para aktor panggung, sedangkan publik yang menjadi penikmat jarang mengetahui secara jelas siapa yang berada dibelakang panggung tersebut. Bagaimana naskah-naskah tersebut tercipta, atau bagaimana kisah dari setiap elemen penting di belakang layar pementasan.

Banyak karya-karya sejarah mengenai Bali hanya berkisah mengenai peristiwa-peristiwa besar seperti perang, politik kerajaan besar, hingga masa kolonialisme Eropa. Tidak ada yang salah dalam hal tersebut, namun selayaknya sebuah peristiwa, banyak elemen-elemen penting yang menentukan jalannya sebuah kejadian. Kisah tentang orang-orang dibelakang layar peristiwa sejarah akan membuat kisah sejarah menjadi lebih terbuka dan humanis. Elemen yang menjadikan kisah sejarah Kisah-kisah belakang layar ini jarang dikisahkan secara terbuka yang menngakibatkan kisah manusia-manusia dibelakang layar hanya terpelihara dilingkungan keluarga saja dan kadang berakhir dalam bentuk mitos yang tidak dapat lagi ditampilkan sebagai sebuah fakta yang utuh. Kisah tentang orang-orang di belakang layar ini contohnya kisah mengenai Keluarg Puri Kauhan Ubud.

Sangat sedikit orang yang mengetahui siapa keluarga Puri Kauhan Ubud ini. Namun ketika kita buka secara mendalam kronik masyarakat Hindu Bali, cikal bakal keluarga Puri Kauhan Ubud muncul pertama kali dalam kisah konflik politik internal dalam kerajaan Klungkung antara Raja Klungkung IV Dewa Agung Sakti dengan saudara kandungnya sendiri, Dewa Agung Panji.

Dalam naskah-naskah dan penuturan di internal keluarga mereka menjelaskan bahwa leluhur keluarga Puri Kauhan Ubud berasal dari Klungkung yang bernama Tjokorde Gde Oka Gelgel. Ia merupakan anak dari Dewa Agung Panji, sekaligus keponakan kandung dari Raja Klungkung, Dewa Agung Sakti. Pasca dikalahkannya Dewa Agung Panji oleh Dewa Agung Putra (anak dari Dewa Agung Sakti), Tjokorde Gde Oka Gelgel yang dianggap anak oleh Ide Maharaja diangkat menjadi pejabat uger-uger saksi, yaitu sebuah jabatan yang bertugas untuk mengawasi kerajaan Mengwi yang tunduk dibawah kekuasaan Klungkung.

Selama 3 generasi, leluhur Puri Kauhan Ubud memastikan kesetiaan kepada kerajaan Klungkung dengan bekerja di Mengwi. Tokoh berpengaruh yang membawa Puri Kauhan Ubud berperan jauh dalam sejarah Bali adalah sosok generasi ke-4, yaitu Agung Gde Oka Krebek yang menjadi penasihat politik untuk Tjokorde Gde Soekawati, seorang Punggawa Ubud tersohor. Catatan sejarah memberikan gambaran bagaimana Tjokorde Gde Soekawati kerap meminta nasihat mengenai perpolitikan kepada Agung Gde Oka Krebek dari Puri Kauhan Ubud.

Tangan dingin Anak Agung Gde Oka Krebek membuat keluarga Puri Kauhan Ubud semakin berpengaruh bagi sejarah Bali sejak ia menjabat sebagai Jaksa Ubud, pengurus keuangan Punggawa Ubud, penerjemah bahasa, sekaligus urusan politik di Ubud dan Gianyar. Sepanjang hidupnya, Agung Gde Oka Krebek dari Kauhan Ubud bersama Tjokorde Gde Soekawati sang Punggawa Ubud menjadi tokoh sentral dalam setiap peristiwa penting di Gianyar dan Ubud. Terutama ketika Agung Gde Oka Krebek menjalankan peran sebagai penggalang kekuatan politik antara Kerajaan Gianyar dengan kerajaan Karangasem dalam tujuan melindungi kerajaan Gianyar dari serbuan Kerajaan Bangli dan Klungkung. Kisah dari Anak Agung Gde Oka Krebek dan Puri Kauhan Ubud akhirnya terawat dengan baik di dalam lingkungan keluarga saja dan tercatat baik dalam lontar-lontar yang berumur ratusan tahun.

Pada akhirnya, sejarah harus selalu ditulis ulang agar usaha menampilkan sebuah kisah yang utuh bisa semakin terpenuhi dan cakrawala pengetahuan mengenai kisah-kisah masa lampau semakin terbuka lebar bagi siapapun. Setiap generasi boleh mencari dan menulis sejarahnya sendiri hingga kepingan paling terkecil demi mengetahui peranan manusia-manusia masa lampau terhadap peristiwa-peristiwa besar dalam kronik sejarah.

Tak terkecuali dengan sejarah manusia di Puri Kauhan Ubud. Puri yang berdiri 200 tahun silam ini menyimpan catatan-catatan sejarah dalam bentuk lembaran lontar yang berisi sejarah keluarga dan sejarah masyarakat Ubud dan Bali. Sejarah tersebut, bertahun lamanya tersimpan dalam Keropak (Kotak) Lontar di sudut kompleks Puri. Kini, Puri Kauhan Ubud membuka keropak tersebut dan menyajikan kepingan sejarah dari kisah-kisah manusia dibelakang panggung sejarah besar kepada khalayak luas melalui kanal digital yang bisa diakses kapanpun dimanapun demi terbentangnya cakrawala sejarah yang lebih luas bagi Bali dan Indonesia.