Penyuluh Bahasa Konservasi 1.200 Lontar, Termasuk Milik Stafsus Presiden

Tim penyuluh bahasa Bali Kabupaten Gianyar selama setahun sudah berhasil melakukan konservasi sebanyak 1.200 ikatan lontar yang dimiliki oleh puri dan griya serta masyarakat di Kabupaten Gianyar.

 

Bisnis.com, DENPASAR – Tim penyuluh bahasa Bali Kabupaten Gianyar selama setahun sudah berhasil melakukan konservasi sebanyak 1.200 ikatan lontar yang dimiliki oleh puri dan griya serta masyarakat di Kabupaten Gianyar. Koordinator tim penyuluh bahasa Bali Gianyar Ida Bagus Oka Manobhawa berharap keluarga Puri, Griya dan masyarakat umum yang masih memiliki warisan lontar agar memberikan kesempatan pada tim penyuluh untuk merawat lontar-lontar tesebut.

 

“Sehingga warisan sastra adiluhur ini bisa terjaga dan bisa dilestarikan,” jelasnya saat melakukan kegiatan konservasi lontar di Puri Kauhan Ubud, Gianyar, Jumat (2/6/2017). Dia mengatakan, sebelumnya tim juga sudah melakukan konservasi lontar di Puri Menara, Ubud.

 

Sementara itu, dalam konservasi lontar di Puri Kauhan Ubud, kegiatan dimulai dengan matur piuning di Merajan Puri Kauhan oleh Penglingsir Puri Anak Agung Gde Raka. Setelah itu lontar-lontar diturunkan dari gedung penyimpanan. Adapun jumlah lontar yang dikonservasi di puri ini sebanyak 64 paket ikatan, terdiri dari berbagai jenis, mulai dari kakawin, wariga, parwa, tenung, usada, sesana, babad, tutur, sundari, krtha bhasa dan lontar kawisesan.

 

Sebagian besar lontar tersebut merupakan peninggalan Ida Anak Agung Gde Oka Kerebek yang dikenal sebagai Jaksa Ubud pada masa penobatan sebagai Ida Tjokorda Gede Sukawati. Seorang warga Puri Kauhan Ubud yang juga Staf Khusus Presiden RI Anak Agung Gde Ari Dwipayana menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan tim penyuluh bahasa Bali.

 

Dia menyampaikan bahwa keluarga Puri Kauhan tidak hanya akan melakukan konservasi seperti membersihkan dan merawat secara fisik tetapi juga akan melakukan scan, transkrip, dan menterjemahkan lontar-lontar terebut sehingga bisa dibaca dan dipelajari oleh generasi muda puri, peneliti dan masyarakat peminat sastra Bali.

 

“Pengetahuan suci warisan para leluhur bukan hanya harus dijaga dirawat tapi juga harus dipelajari sebagai bagian dari apresiasi pada nilai-nilai adiluhur,” ujarnya.

 

Dwipayana berharap pemerintah pusat khususnya Ditjen Kebudayaan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten bisa saling bersinergi untuk melakukan konservasi lontar-lontar di Bali. Pihaknya yakin bahwa banyak peminat karya sastra tradisional sangat mendukung konservasi ini termasuk membangun sistem data base lontar-lontar di Pulau Dewata, workshop penulisan dan pembacaan lontar-lontar sampai dengan penerjemahan sehingga bisa diketahui dan dipelajari oleh generasi penerus.

 

Artikel ini telah diterbitkan dengan judul yang sama di Bali Bisnis Indonesia https://bali.bisnis.com/read/20170602/537/773964/penyuluh-bahasa-konservasi-1200-lontar-termasuk-milik-stafsus-presiden