Skip to content
UWUG KARANGASEM
UWUG KARANGASEM
Tidak banyak catatan sejarah yang mengangkat mengenai kejatuhan kerajaan Karangasem pada tahun 1849 akibat serangan pasukan dari Kerajaan Selaparang (Mataram-Lombok) yang dipimpin oleh Gusti Gde Rai. Pasukan dari Lombok berhasil menduduki Puri Karangasem dan Raja Karangasem Gusti Gde Ngurah Karangasem meninggal dunia, setelah mengadakan perang puputan.
Peristiwa ini uwug Karangasem terjadi setelah kekalahan Raja Karangasem dan Adipati Agung Kerajaan Buleleng I Gusti Jelantik di Jagaraga dalam menghadapi ekspedisi Belanda yang ketiga. Pada tahun 1849, Benteng Jagaraga runtuh, Raja Karangasem, Raja Karangasem dan I Gusti Jelantik mundur ke daerah Batur dan setelah itu kembali ke Puri Karangasem.
Mengapa kerajaan Karangasem diserang pasukan kerajaan Seleparang-Lombok? Hal ini banyak diteliti oleh Dr. Mr. Ide Anak Agung Gde Agung yang telah dibukukan oleh UGM Press tahun 1889.
Berkuasanya Keturunan Batan Jeruk
Pendiri kerajaan Karangasem adalah I Gusti Oka, anak angkat Gusti Batan Jeruk. Saat istri dan angkat Batan Jeruk mengungsi ke Buda Keling setelah pemberontak Dewa Anggungan dan Batan Jeruk kepada Dalem Bekung mengalami kegagalan. Istri Batan Jeruk diambil istri oleh I Dewa Karangamla dengan syarat kelak putra angkatnya menjadi Raja.
Pada tahun 1588, I Gusti Oka dinobatkan menjadi Raja Karangasem. Dibawah kepemimpinan I Gusti Oka (1588-1615), kerajaan Karangasem tumbuh menjadi kerajaan yang cukup diperhitungkan.
Setelah melewati dua generasi, Raja Karangasem III mengangkat ketiga anaknya menjadi Raja: I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, I Gusti Anglurah Nengah Karangasem dan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem. Pada masa inilah kerajaan Karangasem memperluas kekuasaannya ke timur sampai Pulau Lombok.
Perluasan ini mendapatkan peluang ketika Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Pejanggik saling berseteru. Dalam perseteruan itu, Patih Banjar Getas dari Pejanggik mengundang kedatangan pasukan Karangasem untuk menghancurkan kerajaan Pejanggik. Akhirnya kerajaan Pejanggik dapat dihancurkan oleh pasukan Karangasem. Pada tahun 1678, Kerajaan Selaparang juga dapat dihancurkan, sehingga pulau Lombok secara keseluruhan dapat dikuasai kerajaan Karangasem.
Kekuasaan Karangasem di Lombok
Pada abad ke 18 terdapat empat kerajaan di Lombok yang berada dibawah pengaruh kerajaan Karangasem: Kerajaan Karangasem-Lombok di Cakranegara, Kerajaan Mataram Lombok di Mataram, Kerajaan Pagutan dan Kerajaan Pagesangan. Diantara keempat kerajaan itu, Kerajaam Mataram-Lombok yang paling besar dan terkuat. Raja Karangasem-Lombok mempersatukan raja-raja Mataram, Pagutan dan Pagesangan di Pura Meru di Cakranegara.
Pada tahun 1720, Raja Karangasem menunjuk wakilnya I Gusti Anglurah Made Karangasem menjadi Raja kerajaan Karangasem-Lombok. I Gusti Anglurah Made Karangasem diganti anaknya bernama yang sama I Gusti Anglurah Made Karangasem. Dan selanjutnya digantikan anaknya I Gusti Ayu Agung dan berikutnya yang menjadi Raja Karangasem-Lombok adalah I Gusti Ngurah Panji. Di mas Ratu Ngurah Panji inilah Kerajaan Karangasem-Lombok memutuskan hubungan dengan kerajaan Karangasem Bali.
Pada saat I Gusti Ayu Agung dan anaknya I Gusti Ngurah Panji berkuasa di Lombok, yang berkuasa di Kerajaan Karangasem adalah I Gusti Gde Ngurah Karangasem (Raja Karangasem VII). Setelah wafat, Raja Karangasem VII kekuasaan berpindah ke anaknya I Gusti Lanang Peguyangan atau diberi gelar I Gusti Gde Lanang Karangasem pada tahun 1808.
Pada saat berkuasanya I Gusti Lanang Karangasem, kerajaan Karangasem menyerang kerajaan Buleleng, sehingga mengakibatkan berakhirnya dinasti Panji Sakti digantikan dengan Dinasti Karangasem di Buleleng.
Pada tahun 1824, kerajaan Karangasem mengalami konflik internal. Para Punggawa yang dipimpin Punggawa Tejakula I Gusti Bagus Karang memberontak kepada I Gusti Lanang Karangasem. I Gusti Lanang Karangasem melarikan diri ke Lombok dan I Gusti Bagus Karang menjadi Raja Karangasem.
Kekuatan kerajaan Karangasem-Lombok/sasak mulai goyah ketika I Gusti Ngurah Panji meninggal dunia. Kerajaan Karangasem-Lombok terlibat dalam perang dengan Kerajaan Mataram-Lombok yang dikenal dengan perang Lombok I. Dalam peperangan itu, Raja Mataram-Lombok, Anak Agung Ketut Karangasem tertembak dan peperangan dilanjutkan anaknya: Gusti Ngurah Ketut Karangasem dan Gusti Gde Ngurah Karangasem.
Dalam peperangan itu, kerajaam Mataram-Lombok mendapatkan bantuan dari Raja Karangasem yang baru I Gusti Bagus Karang. Pada tahun 1838, kerajaan Karangasem-Lombok di Cakranegara dapat dikalahkan. Dan diangkatlah raja baru kerajaan Karangasem-Lombok yang bernam Gusti Ngurah Made Karangasem.
Pada saat yang bersamaan, terjadi serangan Raja Buleleng Gusti Ngurah Made Karangasem menyerbu kerajaan Karangasem dan menaklukannya. Gusti Bagus Karang tidak mendapatkan bantuan dari Kerajaan di Lombok. Akhirnya, I Gusti Bagus Karang kehilangan tahtanya, digantikan oleh Gusti Gede Contong, menantu Raja Buleleng dan berikutnya diganti lagi oleh saudaranya Gusti Gde Ngurah Karangasem sebagai Raja Karangasem yang baru.
Pada bulan Mei 1839 meletus perang Lombok II yang melibatkan kerajaan Karangasem-Lombok dengan Raja Gusti Ngurah ketut Karangasem dengan kerajaan Mataram-Lombok dengan raja Gusti Ngurah Made Karangasem yang dibantu kerajaan Pagesangan dan Kerajaan Pagutan. Kerajaan Karangasem-Lombok kembali bisa dikalahkan. Demikianpula kerajaan Pagesangan dan Pagutan berakhir karena kedua kerajaan itu memihak kerajaan Karangasem-Lombok.
Dengan kemenangan itu, kerajaan Mataram-Lombok menjadi satu-satunya kerajaan, dengan nama baru Kerajaan Selaparang. Pada tahun 1870, Raja Gusti Ngurah Ketut Karangasem digantikan Gusti Gde Ngurah Karangasem yang dikenal dengan nama Ratu Anak Agung Gde Ngurah Karangasem.
Uwug Karangasem
Setelah berhasil menaklukan kerajaan Buleleng, pada bulan Mei tahun 1849, Jenderal Michiels beserta pasukan Belanda mendarat di Labuan Amuk dan meneruskan operasinya ke Padang Cove (Bai).
Catatan yang menarik dalam upaya menyerang kerajaan Karangasem, belanda dibantu Kerajaan Mataram-Lombok (Seleparang). Pasukan Belanda tidak banyak bergerak. Yang banyak bergerak adalah , 4.000 pasukan bantuan dari kerajaan Mataram-Lombok (Selaparang) menjadi inti dari kekuatan yang menyerang kerajaan Karangasem. Pasukan kerajaan Selaparang yang dipimpin Gusti Gde Rai diangkut oleh 10 kapal pengangkut yang disediakan Belanda.
Raja Mataram-Lombok (Selaparang) sejak perang Lombok II pada kurun waktu 1838-1839, menganggap kerajaan Karangasem sebagai musuh. Dan mempergunakan kesempatan kedatangan armada militer Belanda di Karangasem sebagai kesempatan menjadikan kerajaan Karangasem sebagai wilayah kekuasaan kerajaan Selaparang.
Pada saat yang bersamaan Adipati Agung Kerajaan Karangasem, Gusti Made Jungutan membelot dari Raja Gusti Gde Ngurah Karangasem dan mendukung Belanda untuk menyerang Karangasem.
Dari Labuan Amuk pasukan Gusti Made Jungutan dan Pasukan Seleparang bergerak menuju Ujung dan selanjutnya merebut Kota. Pasukan Belanda juga bergerak melalui laut dari Labuhan Amuk menuju Ujung untuk membantu pasukan Lombok. Tapi armada itu tidak bisa mendarat.
Pasukan Gusti Made Jungutan dan Pasukan Seleparang berhasil menduduki Puri Karangasem dan Raja Karangasem meninggal dalam pertempuran.
Pada saat Puri Karangasem jatuh. Raja Buleleng dan I Gusti Jelantik sedang berada dalam pengungsian di Karangasem. Mereka meninggalkan Puri Karangasem mengungsi ke pegunungan Seraya. Pasukan Seleparang mengejar mereka dan akhirnya terbunuh.
Kekuasaan Seleparang-Lombok di Karangasem
Dengan meninggalnya Raja Karangasem maka kerajaan Karangasem telah menjadi bagian dari kerajaan Mataram-Lombok. Tahun 1850, Raja Mataram-Lombok Gusti Ngurah Ketut Karangasem menugaskan dua kemenakannya: I Gusti Gde Putu dan I Gusti Gde Oka menjadi Raja di Karangasem mewakili dirinya.
Pada tahun 1887, diangkat lagi I Gusti Gde Jelantik, adik bungsu I Gusti Gede Putu dan I Gusti Gde Oka untuk menjalankan pemerintahan. Sehingga kerajaan Karangsem diperintah oleh tiga orang. Pada tahun 1893, setelah meninggalnya dua kakaknya, I Gusti Gde Jelantik dinobatkan menjadi Raja Karangasem mewakili Raja Mataram-Lombok.
Pada tahun 1894, Kerajaan Mataram-Lombok (Selaparang) runtuh diserang oleh Belanda. Raja Seleparang Ratu Agung Gde Ngurah Karangasem diasingkan ke Batavia dan wafat tahun 1896.
Kedudukan Raja I Gusti Gde Jelantik sebagai wakil Raja Mataram Lombok juga berakhir dan bekas kerajaan Mataram-Lombok termasuk kerajaan Karangasem dimasukan sebagai wilayah kekuasaan Hindia Belanda.
I Gusti Gde Jelantik kemudian diangkat sebagai stedehouder, wakil Pemerintah Hindia Belanda untuk Karangasem. Pada tahun 1908, posisi sebagai stedehouder beralih dari I Gusti Gde Jelantik ke kemenakannya bernama I Gusti Bagus Jelantik.
Page load link